BIOGRAFI IMAM MALIK

IMAM MALIK

  1. NASAB DAN KELUARGANYA

Beliau adalah Abu Abdullah, Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin al-Harits bin Ghuyman bin Khutsail bin Amr bin Harits. Ibunya adalah Aliyah bin Syarik al-Azdiyah. Keluarganya berasal dari Yaman, lalu pada masa Umar bin Khattab, sang kakek pindah ke Kota Madinah dan menimba ilmu dengan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menjadi salah seorang pembesar tabi’in.

Imam Malik dilahirkan di Kota Madinah 79 tahun setelah wafatnya Nabi kita Muhammad, tepatnya tahun 93 H. Tahun kelahirannya bersamaan dengan tahun wafatnya salah seorang sahabat Nabi yang paling panjang umurnya, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Malik kecil tumbuh di lingkungan yang religius, kedua orang tuanya adalah murid dari sahabat-sahabat yang mulia. Pamannya adalah Nafi’, seorang periwayat hadis yang terpercaya, yang meriwayatkan hadis dari Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, dan sahabat-sahabat besar lainnya, radhiallahu ‘anhum. Dengan lingkungan keluarga yang utama seperti ini, Imam Malik dibesarkan.

Awalnya, saudara Imam Malik yang bernama Nadhar lebih dahulu darinya dalam mempelajari hadits-hadits Nabi. Nadhar mendatangi para ulama tabi’in untuk mendengar langsung hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari para sahabat. Kemudian Imam Malik pun mengikuti jejak saudaranya dalam mempelajari hadits. Beberapa waktu berlalu, Imam Malik melangkahi saudaranya dalam ilmu hadits. Kecemerlangannya semakin tampak karena Malik juga menguasai ilmu fiqh dan tafsir.

  1. PENDIDIKAN

Ibu Imam Malik adalah orang yang paling berperan dalam memotivasi dan membimbingnya untuk memperoleh ilmu. Tidak hanya memilihkan guru-guru yang terbaik, sang ibu juga mengajarkan anaknya adab dalam belajar. Ibunya selalu memakaikannya pakaian yang terbaik dan merapikan imamah anaknya saat hendak pergi belajar. Ibunya mengatakan, “Pergilah kepada Rabi’ah, contohlah akhlaknya sebelum engkau mengambil ilmu darinya.”

Imam Malik belajar dari banyak guru, dan ia memilih guru-guru terbaik di zamannya agar banyak memperoleh manfaat dari mereka. Di antara pesan dari gurunya yang selalu beliau ingat adalah untuk tidak segan mengatakan “Saya tidak tahu” apabila benar-benar tidak mengetahu suatu permasalahan. Salah seorang guru beliau yang bernama Ibnu Harmaz berpesan, “Seorang yang berilmu harus mewarisi kepada murid-muridnya perkataan ‘aku tidak tahu’.

Setelah mempelajari ilmu-ilmu syariat secara komperhensif, Malik bin Anas mulai dikenal sebagai seorang yang paling berilmu di Kota Madinah. Beliau menyampaikan pelajaran di Masjid Nabawi, di tengah-tengah penuntut ilmu yang datang dari penjuru negeri.

Salah satu hal yang menarik dari kajian fiqih yang beliau sampaikan adalah penafsiran-penafsiran hadits dan pendapat-pendapat beliau banyak dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukan penduduk Madinah. Menurut Imam Malik, praktik-praktik yang dilakukan penduduk Madinah di masanya tidak jauh dari praktik masyarakat Madinah di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penduduk Madinah juga mempelajari Islam dari para leluhur mereka dari kalangan para sahabat Nabi. Jadi kesimpulan beliau, apabila penduduk Madinah melakukan suatu amalan yang tidak bertentangan dengan Alquran dan sunnah, maka perbuatan tersebut dapat dijadikan sumber rujukan atau sumber hukum. Inilah yang membedakan Madzhab Imam Malik disbanding 3 madzhab lainnya.

  1. GURUNYA

Imam Malik mempunyai banyak sekali guru pada masa pencarian ilmunya. Kitab”Tahzibul asma wal lughat” menerangkan bahwa ima Malik pernah belajar kepada sembilan ratus orang syekh, tega ratus diantaranya yaitu berasal dari golongan tabi’in, dan enam ratus lagi berasa dari golongan tabi’it tabi’in. Mereka adalah orang yang terpilih  dan cukup dengan syarat-syarat yang dapat dipercaya dalam bidang agama dan hukum fiqih.

Imam Malik pernah berguru dengan Abdur Rohman bin Harmuz Al ‘Araj selama kurang lebih tujuh tahun. Dalam masa tersebut beliau tidak pernah belajar kepada guru yang lain. Beiau pernah memberi kurma kepada anak-anaknya Abdur Rohman  dengan tujuan supaya mereka memberitahukan kepada siapa saja yang hendak datang menemui imam Malik dan mengatakan pada orang-orang itu bahwa imam Malik sedang sibuk. Tujuan beliau melakukan hal itu tak lain karena beliau ingi menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu dengan Syekh Abdur Rohman, bahkan kadang beliau dapat belajar hingga seharian penuh dengannya.

Diantara  Guru  imam yaitu Rabiah bin Abdul Rahman Furukh. Beliau berguru kepadanya ketika masih kecil. Diantara gurunya  yang lain ialah Nafi’i “auli abdullah, Ja’far bin Muhammad Al-Baqir, Muhammad bin muslim Az-Zuhri, Abdur Rohman bin Zakuan, Yahya bin Said Al-Anshori, Abu Hazim Salmah bin Dinar, Muhammad bin Al-Munkair dan abdullah bin Dinar, dan masih banyak lagi dari golongan tabi’in sebagaimana yang telh diterangkan oleh imam nawawi.(Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, SEJARAH DAN BIOGRAFI EMPAT IMAM MADZHAB, 2004. Hal: 75-76)

Guru-guru imam malik adalah orang-rang yang dia pilih, dan pilihan imam Malik didasarkan pada ketaatan beragama, ilmu fiqihnya, cara meriwayatkan hadits, syarat-syarat meriwayatkan dan mereka adalah orang- orang yang bisa dipercaya. Imam Malik meninggalkan perawi yang mempinyai banyak hutang.

  1. PEMIKIRANNYA

Mazhab Maliki ialah mazhab yang berasaskan kaedah dan prinsip penetapan hukum seperti yang ditetapkan oleh Imam Malik ibn Anas r.a. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun 93 Hijrah. Imam Malik dilahirkan 13 tahun selepas kelahiran Iman Abu Hanifah. Iman Malik mempunyai ingatan yang kuat dan mampu menghafaz al-Qur’an dan banyak daripada hadis Rasulullah s.a.w. Beliau menghabiskan seluruh hidupnya di kota Madinah yang merupakan tempat berhimpunnya ramai Sahabat Rasulullah s.a.w. Dengan itu, Imam Malik sangat kuat berpegang dengan hadis yang boleh diperoleh dengan mudah di kota tersebut. Oleh itu, mazhab Maliki juga dikenali sebagai mazhab ahl al-Hadith, iaitu mazhab golongan yang sangat kuat berpegang dengan hadis. Pada umumnya, mazhab Maliki dibina berasaskan kaedah dan prinsip-prinsip tertentu dalam proses menetapkan sesuatu hukum. Antara kaedah-kaedah dan prinsip-prinsipnya ialah al-Qur’an, sangat kuat berpegang dengan hadis, menerima pandangan sahabat sebagai sumber hukum, menerima maslahah mursalah dan sadd al-zara’i’. Pada hari ini, mazhab Maliki diikuti oleh sebahagian besar umat Islam di negeri-negeri di utara Afrika.

  1. PERAN DAN PRESTASINYA

Adz-dzahabi berkata : ”Malik mulai menuntut ilmu ketika umurnya menginjak belasan tahun, sedangkan ia mulai memberikan fatwa dan keterangan tentang hukum ketika umurnya  mencapai dua puluh tahunan.  Orang-orang telah mengambil hadits darinya disaat ia masih muda. Orang –orang dari berbagai penjuru sudah mulai ramai mnuntut ilmu kepadanya ketika zaman khalifah Harun Ar-Rasyid sampai Imam Malik meninggal.

Abdullah bin Ahmad berkata bahwa imam Malik lebih shohih dalam semua hal. Asy-Syafi’i juga pernah berkata bahwa imam malik adalah bintangnya para ulama..(syaikh Ahmad Farid, 60BIOGRAFI ULAMA SALAF, 2014 hal:260-261)

Imam Malik hafal Al-Quran dan hadits-hadits Rosulullah. Ingatannya sangat kuat dan sudah menjadi adat kebiasaannya apabila ia mendengar hadits-hadits dari para gurunya kemudian ia mengumpulkannya dengan hadits-hadits yang pernah ia pelajari sebelumnya.

Pada suatu hari ia mendengar  tiga puluh hadits dari seorang gurunya yang bernama Ibnu Syihab. Akan tetapi ia hanya dapat  menghafal sebanyak dua puluh sembilan hadits saja, oleh karena itu kemudian ia menemui gurunya tadi dan bertanya kepadanya tentang hadits yang ia lupakan itu. Gurunya bertanya :”bukankah kamu hadir di majlis hadits tersebut?”  imam malik menjawab :”benar, saya hadir pada majlis hadits itu”. Ibnu Syihab bertanya lagi :”mengapa engkau tidak menghafal?” kemudian ia menjawabnya lagi :”sebenarnya jumlah hadits semuanya ada tiga puluh hadits, yang saya lupakan hany satu hadits saja”. Ibnu Syihab kemudian berkata :”memang kebanyakan manusia itu pelupa, dan akupun kadang-kadang lupa juga. Bacalah hadits-hadits yang engkau ingat itu”. Imam Malik lantas membaca semua hadits yang ia hafal dan kemudian Ibnu Syihab pun memberitahu pada imam malik hadits yang ia lupakan itu.

Karena keluasan ilmu hadits dan fikih yang dimilikinya, banyak orang yang duduk mengambil faedah dan berguru kepadanya. Bahkan diantara mereka turut menimba ilmu darinya guru-gurunya sendiri seperti pamannya sendiri Abu Suhail, yahya bin Abi Katsir, Az-Zuhri, Yahya bin Al-Had, Zaid bin Abi Unaisah, Umar bin Muhammad bin Zaid, dan lainnya. Banyak pula teman-teman sebayanya yang menimba ilmu darinya seperti Ma’mar, Ibnu Juraij, Abu Hanifah, Al Auza’i, Syu’bah, Sufyan Ats Tsauri, Al Laits bin Sa’ad, Hammad bin Zaid, dan yang lainnya. Belum lagi murid-murid yang tingkatannya di bawah beliau seperti Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Al-Mubarak, Ad-darawardi, Ibnu Ulayyah, Muhammad bin Al-Hasan Al-Faqih7, Abdurrahman bin Mahdi, Abdullah bin Wahb, Waqi’, Yahya al-Qaththan, Abu Hudzafah8, dan salah satunya adalah imam yang masyhur di antara imam yang empat, yaitu Imam As-Syafi’i –rahimahullah- , serta masih banyak lagi yang lain yang datang dari berbagai penjuru negeri di masa khalifah Abu Ja’far Al Manshur, terlebih lagi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid.

Imam An-Nasa’iberkata, “Aku tidak punya orang setelah generasi tabi’in yang lebih pandai, mulia, tsiqah, dan terpercaya dalam hadits, selain Malik.”

Imam Malik meninggalkan karya-karya yang sangat berharga dan tinggi nilainya bagi kaum muslimin, di antaranya yang paling terkenal dan menjadi salah satu kitab induk dalam merujuk hadits-hadits Nabi SAW yaitu kitab  Al-Muwaththa’. Di samping itu, karya-karya beliau yang lain seperti Risalah fil Qadar, Risalah fil Aqdhiyah, Juz’ fit Tafsir, Kitab as-Sir, dan lainnya. Belum lagi fatwa-fatwa dan jawaban-jawaban beliau terhadap berbagai permasalahan agama yang termuat dalam kitab Al-Mudawwanah Al-Kubra yang beliau susun sendiri, dan fatwa-fatwa beliau dalam kitab  At-Tamhid yang disusun oleh IbnuAbdil Bar

  1. PUJIAN ULAMA

Pujian Ulama untuk Imam Malik

An Nasa’i berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, tepercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”. (Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan). Sedangkan Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah”.
Imam as-Syafi’i berkata : “Imam Malik adalah Hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para Tabi’in “.

Yahya bin Ma’in berkata :”Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) Hadits”
Ayyub bin Suwaid berkata :”Imam Malik adalah Imam Darul Hijrah (Imam madinah) dan as Sunnah ,seorang yang Tsiqah, seorang yang dapat dipercaya”. Ahmad bin Hanbal berkata:” Jika engkau melihat seseorang yang membenci imam malik, maka ketahuilah bahwa orang tersebut adalah ahli bid’ah” Seseorang bertanya kepada as-Syafi’i: ”Apakah Anda menemukan seseorang yang (alim) seperti imam malik?” as-Syafi’i menjawab : ”Aku mendengar dari orang yang lebih tua dan lebih berilmu dari pada aku, mereka mengatakan kami tidak menemukan orang yang (alim) seperti Malik, maka bagaimana kami(orang sekarang) menemui yang seperti Malik?

Al-Muwaththa bererti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’ yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Al-Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama tabiin. Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang merangkum ilmu hadits, ilmu fiqh dan sebagainya. Semua hadits yang ditulis adalah sahih kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadits. Dia sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan. Dari 100.000 hadits yang dihafal beliau, hanya 10.000 saja diakui sah dan dari 10.000 hadits itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti dan dibandingkan dengan al-Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun untuk mengumpul dan menapis hadits-hadits yang diterima dari guru-gurunya. Imam Syafi pernah berkata, “Tiada sebuah kitab di muka bumi ini setelah al qur`an yang lebih banyak mengandungi kebenaran selain dari kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik.”
inilah karangan para ulama muaqoddimin.

  1. AKHIR HAYAT

Beliau wafat pada waktu shubuh tanggal 14 bulan Rabi’ul Awwal tahun 179 H di Madinah dalam usia 89 tahun. Jenazahnya dishalati oleh Gubernur Madinah saat itu, Abdullah bin Muhammad al-Abbasi al-Hasyimi, lalu dimakamkan di pemakaman Baqi’. Sebelum wafat, beliau sempat membaca potongan ayat ke-4 dalam Surat Ar-Rum: “Bagi  Allah-lah segala urusan sebelum dan  sesudah (terjadinya)” Itu  menunjukkan  keridhaan beliau  dengan  takdir  Allah,  karena ajal adalah bagian dari takdir-Nya.

Disusun oleh: Anas Abdillah, S.Ud

Read Previous

BIOGRAFI IMAM AHMAD BIN HANBAL

Read Next

VISITASI AKREDITASI TKIT HASMI OLEH TIM ASESOR BAN BDM PROVINSI JABAR

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *